Wednesday 23 September 2015

4 Warna 1 Cerita

Empat Warna Satu Cerita

Judul Buku: Buku I Dikejar-kejar Mimpi, Buku II Mengejar-ngejar Mimpi
Penulis: Dedi Padiku
Penerbit: AsmaNadia Publishing House
Tebal Buku: xii+324 halaman
Harga Buku: Rp 56.000,00

Buku ini benar-benar menyalahi teori. Tidak ada istilah pemilihan nama. Bayangkan! Seorang perempuan cantik, putih, berkulit halus mulus, dengan seenaknya saja dinamai IYEN! Tapi, justru nama itu begitu melekat di kepala saya, dan menghadirkan keinginan untuk menyambangi Gorontalo, hanya untuk menemui Iyen yang ternyata memang benar adanya. Bukan fiksi belaka.

Buku ini menceritakan kisah kehidupan seorang pemuda nekat, demi meningkatkan derajat kehidupannya, luas samudera pun diarungi. Mengejar mimpi di Jakarta. Perjalanannya dari Gorontalo, Manado, Makassar, hingga sampai Jakarta diceritakan dengan cara yang unik. Persis seperti mendengarkan sang penulis bercerita di panggung. Ketika kisah cinta diurai, pembaca bak dimabuk cinta. Lembar kisah luka diumbar, pembaca bagai tersiram raksa. Anehnya lagi, dalam kisah cinta, luka, bahkan derita, Dedi Padiku masih mampu membuat pembaca tertawa. Seakan segala  kisah hidupnya memang untuk dinikmati, bukan untuk sekadar dikasihani.


Bagian pertama buku ini, menceritakan perjuangan Dedi kecil hingga menyelesaikan pendidikan setara SMA. Pembaca disuguhi adegan-adegan romantis kisah kasih di bangku belajar. Di mana Dedi pernah merasa paling bahagia, sebagai makhluk beruntung yang mendapat tempat di hati sang primadona sekolah. Dedi pun pernah merasakan begitu hina, ketika harus berhadapan dengan kemilau harta. Kenyataan yang membuat Dedi tetap tegar demi kesuksesan.

Bagian kedua, menceritakan perjalanan menjemput impian. Mulai dari mimpi bekerja di Jepang, yang mengharuskan Dedi memaksakan diri menambah tinggi badan. Hanya 2 sentimeter yang kurang, dan Dedi tahu cara apa harus dilakukan. Akan tetapi, garis kehidupan manusia tetap menyimpan banyak rahasia. Pertemuan tak disengaja dengan seorang mahasiswi di Makassar, membuat haluan mimpi Dedi kian berwarna, hingga akhirnya ia berlabuh di Jakarta. Setelah melalui berbagai kisah mengharukan, bahkan nyaris mematikan di pulau Celebes, Dedi lagi-lagi harus mencicipi kenyataan bahwa ibu kota lebih kejam dari ibu tiri.

Salah satu kelebihan buku ini, salah satunya adalah memiliki halaman khusus yang disarankan untuk dipotong agar tidak dibaca oleh anak di bawah umur. Hal ini luar biasa, penulis/penerbit masih memikirkan pembaca. Tidak serta-merta menerbitkan buku tanpa penyaringan. Dan lagi, hal yang diungkapkan itu memang penting untuk ditampilkan.

Lalu, bagaimana kisah indah Dedi bersama Iyen? Tentang impian ke Jepang, dan kenapa pula harus berakhir di Jakarta. Dengan cara apa Dedi bertahan hidup di Jakarta, bahkan sebelumnya nyaris dibunuh gerombolan preman Manado? Jawabannya hanya ada dalam buku Mengejar-ngejar Mimpi.

1 comment:

  1. Walah... Udah keduluan... Ane juga mau bikin resensi buku ini sebenernya... -_-
    101 dosa penulis pemula biar ane nyang garap ye..

    Tinggalin jejak...

    http://adf.ly/1OQYxR

    ReplyDelete