Tuesday 13 October 2015

4 Tahap Penting dalam Menulis

Menulis, baik fiksi maupun non fiksi, tetap tak akan terlepas dari empat tahapan berikut. Planning (Perencanaan), Drafting (Mengonsepkan), Redrafting (Mengonsepkan Ulang), dan terakhir, Editing (Mengedit). Apapun yang ditulis, tanpa empat tahap tersebut tetap saja hanya sebatas konsep. Itukah yang selama ini kita lakukan?
Cukup sulit sampai pada tahapan di mana apapun yang ditulis dalam sekali duduk langsung menjadi tulisan yang indah. Mungkin ada yang telah sampai pada tahap itu. Tapi 'penulis pintar' tetap melakoni empat hal terpenting tadi dalam kesehariannya. Hal ini dilakukannya demi menghindari kesalahan-kesalahan kecil. Ingatlah, penulis yang baik selalu menginginkan kesempurnaan.

Apa saja yang dilakukan dalam keempat tahapan tersebut? Baiklah, sebagai tips menulis pertama di blog menulis ini, 4 Tahap Penting dalam Menulis akan dikupas satu per satu.

1. Planning (Perencanaan)
Menyusun rencana penulisan, kapan dilakukan? Mungkin selama ini tidak disadari. Banyak planning yang telah dilewatkan begitu saja. Ide yang diperoleh saat satu per satu air di gayung membasahi ubun-ubun hingga kaki. Gagasan yang terpampang di benak kala dalam bis menuju kantor. Bahkan kadang ide tulisan lahir sesaat setelah sebuah kejadian terlewati.
Ide-ide tersebut akan menguap entah kemana jika tidak segera dirumuskan dalam bentuk kerangka tulisan. Jika ide tersebut fiksi, maka setidaknya ada gambaran tentang konsep atau tema tulisan, karakter utamanya, dan seperti apa ending-nya.
Menulis non fiksi, semacam artikel atau opini juga demikian. Fakta asap yang menyesakkan dan segala macam ramalan terhadapnya. Tergambar di kepala, sebagai sebuah artikel. Temanya diperoleh. Kisi-kisi isinya juga terlintas, dan solusi ataupun penutup untuk artikelnya juga lengkap serta. 
Ide yang sudah terlintas di benak, akan segera tertimbun oleh masalah-masalah kehidupan nyata. Oleh karena itu, umumnya penulis besar menyiapkan notebook atau buku ide khusus untuk 'mengamankan' gagasannya.

2. Drafting (Mengonsepkan)
Pada dasarnya, kegiatan menulis hanya menghasilkan sebuah konsep atau draf. Mungkin ini yang selama ini kebanyakan dilakukan orang ketika menulis di blog. Ini hanya asumsi belaka. Kebenarannya silakan temukan dalam diri sendiri. Tentunya ini terjadi ketika 4 tahap menulis diabaikan.
Dalam tahapan ini, penulis (dalam hal ini menulis fiksi) mulai menata huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi bab, hingga pada akhirnya menjadi sebuah novel.
Tulisan di tahap ini sangat memungkinkan memiliki banyak kelemahan. Tata bahasa, repetisi kata, kesalahan EYD yang umum terjadi. Kenapa? Karena di tahap sebelumnya, fokus penulis hanya menulis. Menon-aktifkan sisi editor dalam dirinya, agar fokus menelurkan tulisan sesuai ide yang diperoleh sebelumnya.
Paragraf-paragrafnya mungkin belum cocok satu sama lain. Kalaupun tulisan ini merupakan draf novel, adakalanya bab yang satu dirasa kurang tepat penempatannya. Terkadang, bab 13 seharusnya menjadi bab pertama.
Penokohan karakter dalam tulis kadang juga belum sempurna. Tak jarang, dialog tokoh sudah tak sesuai karakter yang dibangun tanpa diikuti lanjaran penyempurna. Ini tak akan jadi masalah, penulis hanya perlu menyelesaikan idenya. Merampungkan terlebih dahulu tulisannya.

3. Redrafting (Mengonsepkan Ulang)
Tahapan ini, bukan hanya sekadar menulis ulang atau mengonsepkan ulang. Redrafting bukanlah mengecek kesalahan pengetikan (typo), menyusun ulang kalimat. Tidak! Mengonsepkan Ulang jauh lebih dalam. Kekurangan dalam tahap 'drafting' disempurnakan di tahap ini.
Menata letak bab atau paragraf yang dirasa tidak tepat. Menata dialog tokoh. Amanat yang belum tersemat, ditempatkan lagi di temoat yang tepat. Membaguskan narasi dan deskripsi cerita dan lain sebagainya.

4. Editing (Mengedit)
Jangan sesekali beranggapan setelah melakukan pengonsepan ulang dan tulisan menjadi bagus. Tidak! Mungkin dalam hal penulisan untuk puisi sedikit berbeda. Atau sekadar iseng menulis di blog. Menulis naskah cerita, cerpen atau novel sama saja. Sekalipun sudah ditulis ulang, kesalahan tetap sulit terhindar. Penulis hanya manusia biasa. Tak akan luput dari salah juga 'dosa'. 
Kalimat-kalimat yang aneh saat dibaca, dilibas tuntas. Diksi yang kurang tepat penempatan, gantikan dengan yang lebih tepat. Begitu pula typo-typo yang menghiasi naskah harus dibinasakan. 
Mengedit yang baik dapat dilakukan dengan media kertas. Artinya, naskah di-print terlebih dahulu. Hal ini akan lebih memudahkan menemukan kesalahan dan kejanggalan dalam tulisan. Setelah selesai melakukan hal-hal yang dianggap perlu, ada baiknya meminta bantuan satu dua teman untuk membantu mengoreksi.

Demikianlah artikel sederhana ini. Semoga dapat membantu sesama rekan penulis pemula dan blogger yang membaca tulisan ini. Tulisan ini sendiri pada awalnya hanya berawal dari ketiadaan ide. Lalu penulis ingat  4 tahap menulis yang pernah dibaca di blog Aliventures. Lalu lahirlah artikel ini. Selamat menulis, salam sastra!

4 comments: